Teladan Bisnis dari Rasulullah SAW

Kondisi perekonomian dunia yang dipanglimai oleh Amerika Serikat dan
negara-negara barat katanya sedang terpuruk. Saya adalah pengguna aktif
Twitter, sebuah situs social networking, yang setiap saat selalu mendapatkan
berita terkini dari beberapa situs berita yang saya ikuti seperti New York
Times, CNN atau BBC. Beritanya seram-seram. PHK di mana-mana,
keluarga-keluarga di Amerika mulai mengetatkan ikat pinggang.

Saya pun berpikir, kenapa ekonomi negara adi daya itu bisa terpuruk?
Bukankah hampir semua praktisi handal dan pemikir tulen di bidang bisnis dan
keuangan bercokol di sana. Buku-buku bisnis terbaik dan terlaris selalu
berasal dari sana. Bukankah sebagian besar perusahaan Fortune 500 berasal
dari sana? Apa yang terjadi?

Selidik punya selidik, ternyata masalahnya bukanlah karena mereka kurang
ilmu atau sarana pendukung bisnis yang canggih. Mereka punya semua alat itu.
Mereka semua punya senjata untuk memenangkan persaingan bisnis. Masalahnya
bukanlah soal senjatanya, melainkan siapa dan bagaimana menggunakan senjata
itu. Man behind the gun.

Inilah yang kurang disentuh oleh para praktisi dan pemikir bisnis di sana.
Ketika kapitalisme di-leverage sedemikian rupa sehingga kita tidak tahu lagi
bagaimana proses barang bisa menjadi uang dan uang itu pun telah bermutasi
menjadi bentuk-bentuk yang kita sendiri tidak mengerti dari mana asalnya. Di
situlah, peran nurani manusia sebagai pengendali terpinggirkan. Keserakahan
tanpa batas seperti dicontohkan oleh Bernie Madoff dan kawan-kawannya, telah
mengantarkan kapitalisme yang dibanggakan selama ini ke jurang terdalam.

Perusahaan-perusahaan besar itu jatuh bukan karena kalah oleh penguasaan
ilmu manajemen dan teknologi. Mereka jatuh terpuruk karena keserakahan dan
cacat karakter yang dilakukan oleh para pemimpin dan pengelola
perusahaan-perusahaan itu.

Belakangan, banyak buku bisnis mencoba mengangkat kualitas-kualitas terbaik
dari organisasi-organisasi bisnis terbaik. Ternyata mereka menemukan bahwa
peran nilai, budaya dan karakter yang dibangun di organisasi itulah sebagai
ujung tombak kesuksesan mereka. Zappos.com, sebuah toko sepatu online yang
berusia 10 tahun, mencengangkan dunia bisnis online karena diakuisisi oleh
Amazon.com senilai hampir 1 miliar dollar. Kenapa Amazon kepincut dengan
Zappos? Bukankah Amazon secara teknologi dan kemampuan lebih kuat
dibandingkan Zappos? Amazon tertarik dengan Zappos karena budaya pelayanan
dan karakter yang dibangun oleh Zappos yang dikomandani oleh Tony Hsieh yang
inspiratif itu.

Karakter, inilah nilai-nilai yang dibangun dan dicontohkan oleh Rasulullah
sejak berabad-abad lalu. Sebagai muslim, kita sering terpukau dengan
ilmu-ilmu dari barat yang jika ditelurusi ternyata sudah dipraktekkan oleh
Rasul namun kurang kita pahami dengan baik.

Apa saja nilai warisan dari Rasul yang bisa kita tiru sebagai pengikutnya?
Sebagaimana kita ketahui, Rasullullah Muhammad SAW. adalah seorang pebisnis
sukses. Beliau menjalani hidup sebagai pebisnis selama 25 tahun, mulai dari
ussia 15 sampai 40 tahun. Sementara masa kerasulan beliau hanya 23 tahun.

Beliau menjadikan bekerja sebagai ladang menjemput surga. Kejujuran (As
Siddiqh) dan kepercayaan (Al Amin) menjadi prinsip utamanya dalam berbisnis.
Beliau juga seorang yang cerdas (Fathonah) dengan memiliki pikiran visioner,
kreatif, dan inovatif. Rasulullah juga pintar dalam mempromosikan diri dan
bisnisnya (Tabligh). Istilah sekarang adalah pemasaran atau marketing.

Keempat kualitas pribadi ini menyatu dalam diri beliau menjadi karakter yang
kuat dan melekatlah personal branding "Al Amin" yang kemudian menjadi
semacam "jaminan mutu" terhadap siapa saja yang ingin berbisnis dan
bertransakti dengan beliau. Maka, terbukalah kesempatan baginya untuk
berbisnis tanpa modal alias dengan menjalankan modal orang lain.

Rasululah menjalankan kerja sama dengan sistem upah maupun bagi hasil
(mudharabah) dengan Siti Khadijah, seorang pengusaha wanita yang kaya.
Kadang-kadang dalam kontraknya Muhammad sebagai pengelola (mudharib) dan
Khadijah sebagai sleeping partner(shahibul maal) dan sama-sama berbagi atas
keuntungan maupun kerugian. Terkadang pula Muhammad menjadi pebisnis yang
digaji/medapatkan upah untuk mengelola barang dagangan Khadijah. Diantaranya
Khadijah pernah mempercayakan kepadanya modal untuk bertolak ke Syiria.

Dalam sebuah pengajian, KH Abdullah Gymnastiar pernah berkisah bahwa
kejujuran adalah sesuatu barang langka di dunia bisnis saat ini. Maka,
ketika muncul seorang pebisnis dengan citra kejujuran di dalam dirinya,
niscaya ia akan menjadi "wealth attractor". Para mitra akan senang berbisnis
dengannya, supplier akan mendahulukan pesanannya, pelanggan pasti tidak
tertipu dengan janji-janji yang diberikannya, karyawan pun tentu akan lebih
loyal kepadanya.

Seorang kerabat saya beberapa bulan lalu kehilangan 3 buah ruko berikut
isinya hangus terbakar api. Miliaran rupiah jerih payahnya selama
bertahun-tahun hancur dalam sekejap. Secara hitungan bisnis, ia sudah tamat.
Sulit untuk bangkit lagi. Tapi kenyataan berbicara lain. Dalam waktu tidak
lama bisnisnya bangkit lagi dan bahkan melebihi besaran bisnis sebelum
terbakar. Kenapa? Karena mitra suppliernya mendukungnya dengan sepenuh hati
agar bisnisnya bangkit kembali. Mereka memberikan barang dagangan tanpa
perlu pembayaran dan jaminan apa pun. Reputasinya yang baik dan kejujurannya
telah menyelamatkannya dan membangkitkan bisnisnya kembali. Itulah contoh
dari teladan Rasulullah yang telah dibuktikan keberhasilannya.

Selain jujur, Rasulullah juga seorang pebisnis yang smart. Kecerdasan beliau
berbisnis juga sangat diakui. Beliau pernah menjual barang dagangan dan
meraih keuntungan dua kali lipat dibanding pebisnis-pebisnis yang lain.
Ketika Khadijah mendapatinya dengan keuntungan yang sangat besar yang belum
pernah diraih siapapun sebelumnya maka Khadijah memberikan keuntungan yang
lebih besar daripada yang telah mereka berdua sepakati sebelumnya.

Dari uraian di atas tergambar bahwa Rasulullah adalah seorang pelaku bisnis
yang sangat sukses di jamannya. Ada dua prinsip utama yang patut diteladani
oleh kita sebagai ummatnya dalam berbisnis. Pertama, uang ternyata bukanlah
modal utama dalam berbisnis. Bisnis bisa dilakukan tanpa modal uang sama
sekali. Personal branding beliau yang dikenal sebagai "Al Amin" atau dapat
dipercaya adalah pengungkit utama kesuksesan bisnisnya.

Kedua, kecerdasan berbisnis atau kompetensi sangat diperlukan dalam
mengembangkan bisnis. Modal uang tanpa kecerdasan bisnis tidak ada artinya.
Seluk beluk aktivitas bisnis harus dikuasai dengan baik.Rasulullah
mengetahui seluk beluk berbisnis sejak dini ketika magang bersama pamannya.
Beliau mengetahui di mana pasar yang membutuhkan produknya dan di mana
sumber-sumber produk tersebut untuk dijual.

Beliau mengetahui bahwa untuk menjalankan bisnis yang sukses dan
berkelanjutan harus ditempuh dengan cara-cara yang baik pula. Teladan ini
semakin selaras dengan temuan-temuan mutakhir teori ekonomi dan bisnis
modern. Teori-teori itu semakin mendekatkan kepada ajaran-ajaran mulia dari
Rasulullah SAW.

--
Wassalam,

Badroni Yuzirman,
To live, to love, to learn and to leave a legacy...

www.manetvision.com
www.roniyuzirman.com
www.twitter.com/roniyuzirman

Tidak ada komentar: